Ekspedisi Papua Terang || 20 Aug 2018

4 Hari Menegangkan Demi Melistriki Pedalaman Sarmi

Bagikan:


JAYAPURA – Ekspedisi Papua Terang (EPT) yang diinisiasi PT PLN (Persero) kali ini memasuki babak baru. Awal Agustus ini tim yang bertugas di wilayah Posko Jayapura melakukan perjalanan ke Distrik Apawer Hulu, Kabupaten Sarmi, Papua.

Tim yang terdiri atas sembilan orang itu bertugas menyurvei Kampung Sasawapece yang berada di bagian paling hulu Sungai Apawer. Untuk menuju kampung tersebut, Tim EPT 314 ITB Posko Jayapura harus melalui medan berat. Mereka menyusuri sungai yang oleh warga setempat dijuluki kaki ular karena jika dilihat dari atas sungainya meliuk-liuk mirip hewan melata itu. Di Distrik Apawer Hulu terdapat suatu kampung yang sangat sulit dijangkau, yaitu Kampung Sasawapece. Berdasarkan informasi dari masyarakat dan pencitraan satelit Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Kampung Sasawapece hanya dihuni bebe rapa warga saja.

Saking sulitnya medan untuk mencapai kampung tersebut, perlu waktu dua hari dua malam untuk menjang kaunya. “Itu pun kalau air kali meluap. Apabila air kali tidak meluap, speed boat hanya bisa menjangkau wilayah Aurimi, ibu kota keca matan/distrik, dan selebihnya jalan atau mendorong speed boat,” ujar Ishak, warga setempat yang sehari-harinya sebagai motoris speedboat yang sering bekerja di ibu kota Kabupaten Sarmi. Informasi serupa juga datang dari Sertu Ari yang bertugas di Kodim 1712 Sarmi. Ari pernah berkunjung ke Kampung Sasawapece saat mendistribusikan surat suara ketika pemilihan Bupati Sarmi beberapa waktu lalu.

Saat itu dia bersama teman-temannya ke kampung itu menggunakan helikopter dari Sarmi, tetapi tidak bisa sampai ke Kampung Sasa wapece. Helikopter hanya bisa mendarat di Kampung Aurimi. “Selebihnya jalan kaki menyusuri sungai selama 1 hari 1 malam,” ujarnya. Berbekal informasi tersebut, Tim EPT 314 ITB Posko Jayapura melakukan sejumlah persiapan. Sebelum berangkat pada Kamis (2/8), tim berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sarmi dan Kodim 1712 Sarmi untuk meminta dukungan dan pengawalan dari TNI.

Pihak Kodim 1712 Sarmi lalu mengutus lima anggotanya untuk menemani perjalanan Tim EPT 314 ITB. Mereka berangkat bersama Tim EPT 314 ITB yang beranggotakan Marshal Supit dari PLN Area Jayapura, Happy Yohannes (PLN Jepara), Daniel Maynard (mahasiswa Geografi ITB), Jonathan Halim (Geologi ITB), dan satu orang pendamping lokal. Perjalanan EPT menuju Distrik Apawer Hulu pun dimulai. Tim bergerak dari pelabuhan nelayan Sarmi melintasi pesisir pantai menggunakan speedboat bermesin ganda. Mesin pertama berkekuatan 40 PK dan mesin kedua berkapasitas motor 15 PK. Penggunaan speedboat dua mesin tersebut bukan tanpa alasan.

Pasalnya medan yang dilalui menuju hulu sungai cukup sulit dengan arus deras. Dengan motor dua mesin, speedboat bisa mendapat ekstratenaga menyu suri Sungai Apawer. Setelah menyusuri sungai selama 10 jam, tepat pukul 18.00 WIT ketika hari menjelang malam, tim memutuskan untuk beristirahat di Kampung Kapeso. Di sini tim menghabiskan waktu berbaur dengan masyarakat sembari makan-minum dan mengobrol tentang program EPT sambil menunggu waktu tidur. Pagi-pagi betul, Kamis (3/8), Tim EPT bersiap melanjutkan perjalanan. Udara dingin yang menusuk tulang tidak menghalangi niat tim ekspedisi untuk kembali menjalankan tugas. Mesin dinyalakan menandakan speedboat siap berangkat.

Namun perjalanan pagi itu terasa berat karena hujan turun dengan sangat deras. Jas hujan yang dikenakan seakan tidak kuat menangkal air yang jatuh dari langit. Udara pun otomatis bertambah dingin. Namun meluapnya air sungai yang dilintasi tim ekspedisi justru disambut dengan semangat oleh sang motoris. Ini karena naiknya permukaan air sungai akan membantu speedboat melaju lebih kencang dan mengantakan tim tiba di tujuan di Kampung Tamaja, salah satu prioritas yang akan di listriki PLN. Setelah tiba di Tamaja, tanpa buang waktu tim langsung melaksanakan survei demografi. Masyarakat menyambut gembi ra, bahkan untuk Tim EPT langsung disiapkan rumah semi permanen untuk menginap. Di dalam rumah sudah tersedia sekarung buah matoa.

Tim pun langsung menyantapnya sambil melakukan wawancara mengenai kondisi kampung. Pagi hari berikutnya, Jumat (4/8), Tim EPT antusias melanjutkan perjalanan karena volume air meningkat diakibatkan hujan deras sehari sebelumnya. Pada perjalanan kali ini adrenalin semakin terpacu karena medan di sungai bertambah ekstrem. Speedboat yang ditumpangi sering kali berpapasan dengan kayu-kayu besar yang membentang di sungai. Belum lagi kondisi sungai yang menanjak, dangkal, dan berbatu sehingga terkadang menghantam mesin. Satu saja kesalahan yang dibuat motoris bisa mengakibatkan speedboat terbalik.

Sekitar pukul 12.00 WIT, tiba-tiba air sungai yang di lintasi dangkal dengan bebatuan kecil di sepanjang sungai. Rupanya bagian Sungai Apawer ini adalah kawasan perbatasan kabupaten. Karena airnya dangkal, speedboat pun terpaksa dido rong ke arah pinggiran sungai yang ternyata sudah masuk wilayah Kampung Sasawapece. Kampung ini merupakan tujuan survei Tim EPT. Maka tak lama setelah tiba, tim langsung mengambil data demografi dan geografi daerah itu. Selesai wawancara dan tanya jawab dengan masyarakat, tim mengambil beberapa objek foto untuk melengkapi data potensi alam. Selanjutnya tim menentukan lokasi lahan untuk pembangkit listrik.

Di kampung ini Tim EPT mendengarkan keluh kesah warga yang tidak pernah seumur hidup mereka merasakan adanya listrik. Begitu pula sekolah dan kesehatan. Tidak ada satu pun warga yang bersekolah karena tidak tersedianya sarana dan pra sarana pendidikan. Untuk minum saja masyarakat Kampung Sasa wapece hanya mengandalkan air hujan dan aliran sungai. Apabila malam datang, hanya api unggun yang bisa menerangi malam. Jangankan lampu listrik, pelita dengan menggunakan bahan bakar minyak pun belum dimanfaatkan masyarakat. Begitulah kehidupan warga Kampung Sasawapece.

Dari hasil wawancara, mereka mengaku sangat mendambakan pene rangan listrik dari PLN. Keinginan tersebut wajar karena mereka adalah bagian dari warga negara kesatuan republik Indo nesia (NKRI). Setelah sekitar tiga jam melakukan wawancara, Tim EPT beranjak dari Kampung Sasawapece untuk perjalanan pulang. Sama seperti saat datang, tim menggunakan speedboat. Hanya saja kali ini perahu mengikuti arus sungai ke arah hilir sehingga lajunya bisa lebih cepat. Sekitar pukul 17.00 WIT, tim sampai di Kampung Sasawakwesar, Distrik Mamberamo Tengah, Kabupaten Mamberamo Raya.

Kampung ini sebenarnya bukan merupakan prioritas untuk dilistriki, tetapi karena listrik harus menjangkau semua elemen masyarakat, tim sepakat melakukan survei di kampung tersebut. Selama 30 menit tim melakukan survei, lalu kembali melanjutkan perjalanan serta tiba di kampung persiapan Biare dan bermalam di kampung tersebut. Setelah bermalam di Kampung Sasawakwesar, Minggu (5/8) pagi tim melakukan perjalanan pulang. Tak terasa, sekitar pukul 15.00 WIT tim sudah tiba di muara sungai tak jauh dari Pelabuhan Sarmi tempat awal Tim EPT 314 ITB Posko Jayapura melakukan perjalanan. Sejam kemudian, tim pun tiba di Posko Sarmi dengan perasaan senang dan bangga bisa menjadi bagian dari Ekspedisi Papua Terang.

EPT merupakan program terbaru dari PLN yang bertujuan meningkatkan elektrifikasi di Papua dan Papua Barat. Ekspedi si ini melibatkan tim dari perguruan tinggi, LAPAN, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan pemerintah daerah. Tim EPT melibatkan 165 mahasiswa pencinta alam, 100 prajurit TNI dan relawan PLN sebanyak 130 pegawai dari berbagai daerah. Volunteer PLN ini sengaja dilibatkan untuk memberikan gambaran kepada karyawan bahwa dalam tugasnya sebagai perusahaan negara, PLN wajib hadir di setiap wi layah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pada EPT yang dimulai akhir Juli hingga September itu melibatkan lima perguruan tinggi yakni Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM), Institut Tek nologi Bandung (ITB), Institut Sepuluh Nopember (ITS) dan Universitas Cendrawasih. Mereka akan melakukan survei di 415 desa di Papua dan Papua Barat. Dari survei tersebut, akan diketahui potensi sumber daya alam apa yang cocok dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik di daerah pedalaman Papua.

Artikel ini dimuat dalam Koran Sindo, Senin, 20 Agustus 2018, hlm. 1 dan 15 serta link KORAN-SINDO.com.

  Go Top