Daso (65) mengusap mandau, senjata tajam sejenis parang yang berasal dari kebudayaan Dayak di Kalimantan. Bisa jadi ini adalah karya terakhir yang dikerjakannya sejak petir merusak genset di rumahnya Februari lalu.
Pengrajin Mandau di Desa Tiwei, Kecamatan Long Ikis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur ini dulunya berkebun untuk menafkahi keluarga. Namun memasuki usia senja, dirinya memilih berkarya di rumah, sekaligus meneruskan tradisi keluarga yang pernah putus beberapa generasi.
Melalui keuletannya, Daso bisa menjual senjata tradisional ini mulai Rp 350.000 hingga Ro 700.000, tergantung tingkat kesulitan. Karyanya pun dikenal hingga ke Bali.
“Sejak genset rusak, saya tidak bisa bikin mandau lagi, karena butuh listrik untuk menyalakan bor, gerinda, dan blower. Tapi sebentar lagi listrik nyala, karena PLN sudah masuk Desa,” ungkap Daso sambil melirik tiang listrik di depan rumahnya.
Listrik merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat. Untuk itu PLN terus berupaya menigkatkan rasio elektrifikasi hingga ke pelosok tanah air, termasuk di Kalimantan. Hingga April 2018, PLN telah melistriki 1.503 desa di Kaltim dan Kaltara dan saat ini rasio desa berlistrik di Kaltim dan Kaltara sudah 100%.
“Saat ini PLN sedang memperluas jaringan listrik supaya distribusi kepada warga desa menjadi lebih merata”, ujar General Manager PLN Wilayah Kaltimra, Riza Novianto Gustam.
Sejak Oktober 2017, PLN mulai menanam tiang listrik di Desa Tiwei. Selanjutnya membangun Jaringan Tegangan Menengah (JTM) sepanjang 8,9 kms (kilometer sirkit) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) sepanjang 3.68 kms dengan 3 gardu distribusi. Nilai investasi yang digelontorkan PLN untuk proyek listrik desa ini sebesar Rp 4,9 Milyar.
Saat ini tersisa 1 kms jaringan kabel lagi.
“Dengan sisa penarikan sebesar 1 kms, artinya sudah 85% lebih jaringan PLN siap. Jika semuanya lancar, jaringan listrik di Desa Tiwei kami harapkan bisa mulai beroperasi pada bulan Mei nanti”, tambahnya.
Upaya melistriki Desa Tiwei cukup menantang. Material kelistrikan dalam proyek ini diangkut dengan kapal dari Balikpapan menuju Kabupaten Paser. Pengangukutan dilanjutkan melalui jalur darat melewati Kabupaten Penajam dan Kecamatan Long Ikis hingga tiba di Desa Tiwei dengan waktu tempuh kurang lebih 7 jam. Jalur darat yang dilalui hingga sampai ke Desa Tiwei melewati medan yang cukup sulit, karena jalan utama masih terbuat dari tanah. Apabila hujan tiba, jalanan ini akan sulit dilalui. Tak jarang pula truk pengangkut material terjebak pada genangan lumpur sehingga menghambat proses pengangkutan material hingga ke lokasi proyek.
“Kami sangat sangat senang karena listrik akan segera masuk desa. Selama 21 tahun saya tinggal di sini, kami belum merasakan listrik 24 jam. Kalau malam, biasanya anak-anak belajar mengaji dengan lampu teplok. Kami harap listrik PLN bisa meningkatkan taraf hidup kami,” ujar H. Ahmad Zainal Abidin (54), Pemuka Agama setempat.
Saat ini, warga Desa Tiwei masih mengandalkan sumber listrik melalui genset milik desa dan milik pribadi, dimana distribusinya masih belum merata kepada seluruh warga. Mereka pun harus merogoh kocek cukup besar.
“Kami bisa habis Rp 600 ribu sebulan hanya untuk menyalakan genset. Itu pun belum 24 jam. Kalau sudah ada listrik PLN tentu lebih murah dan kami bisa menjalankankan bisnis lain, seperti fotokopi misalnya,” jelas Sri Samiati (40), warga Desa Tiwei.
“Kami berupaya maksimal untuk merampungkan proyek listrik pedesaan baik di Kalimantan Timur maupun Kalimantan Utara. Hal ini untuk mewujudkan pemerataan listrik ke desa-desa, agar pada akhir tahun 2018 proyek listrik desa dapat 100% terselesaikan. Listrik akan meningkatkan kualitas hidup warga dan menumbuhkan geliat ekonomi desa,” jelas Riza.
Suplai listrik untuk warga Desa Tiwei nantinya dipasok dari Sistem Kelistrikan Barito (sistem kelistrikan yang menyuplai listrik untuk Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah), juga di backup PLTD Long Ikis yang berjalan dengan sistem isolated dengan daya mampu 3,4 MW. Beroperasinya listrik Desa Tiwei akan berpotensi menambah jumlah pelanggan hingga lebih dari 200 pelanggan dengan daya tersambung mencapai 270 kVa untuk satu desa.
Tak hanya Desa Tiwei, upaya pemerataan jaringan listrik pedesaan juga dilakukan di daerah lainnya di Kalimantan Timur, antara lain beberapa desa Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Kutai Barat. Sementara di Kalimantan Utara progres listrik pedesaan sedang berjalan di Nunukan dan Tulin Onsoi.
Masuknya listrik PLN ke desa-desa tak sekedar memberi terang, namun juga menyambung tradisi yang hilang, dan tentunya memberi kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia.