Sepintas nampak tidak ada yang berbeda dengan desa-desa pada umumnya di Bangka Belitung. Namun sesungguhnya desa berpenduduk 1.500 jiwa ini menyimpan kekayaan yang luar biasa di dalamnya.
Begitu masuk ke desa tersebut, kita akan disambut dengan hamparan sawah yang subur nan indah dengan dihiasi barisan jalur transmisi saluran udara tegangan tinggi 150 kV PLN. Di sana berdiri gubuk-gubuk tempat peraduan para petani dan saung-saung makan bagi pengunjung yang menikmati tradisi makan bedulang, tradisi makan khas Bangka Belitung.
Masuk ke dalam lagi, kita disuguhi oleh deretan perkebunan produktif seperti lada, kayu putih, buah naga, dan berbagai tumbuhan lainnya. Sesudah itu, hutan pelawan yang rindang penuh dengan sarang madu lebah liar Pelawan siap menjemput. di sana kita dimanjakan dengan aneka keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya. Sebuah suguhan interaksi simbiosis mutualisme antara warga dengan alam.
Di sana kita dapat menikmati suasana hutan pelawan yang asri, berfoto dengan berlatarkan jembatan yang indah di dalamnya, mengamati bagaimana lebah secara liar menghasilkan madu pahit pelawan, bahkan hingga mengikuti proses panen madu pelawan, mencicipi, dan membelinya sebagai oleh-oleh.
Bagi pengunjung yang kangen suasana desa, dapat menginap di homestay alami yang terbuat dari kayu pilihan, dengan pemandangan danau biru bekas galian timah nan indah dan sejuk dipandang mata. Hamparan danau yang dikelilingi bukit-bukit kecil memanjakan kita untuk berlama-lama tinggal di sana sambil menikmati angin sepoi-sepoi dilengkapi dengan satu paket jajanan khas yang ramah di mulut.
Itulah pesona Desa Namang, desa di bawah jalur transmisi PLN yang kini terkenal karena kemahiran pengelolaan hutannya. Desa yang mandiri karena masyarakatnya mampu menjadikan hasil buminya sebagai pilar kehidupan mereka. Desa yang mampu mengubah citranya sebagai kawasan destinasi wisata.
Namun itu semua tidak sekonyong-konyong terbentuk begitu saja. Ada proses panjang yang mengiringi perjalanan desa ini menjadi semakin dewasa dan matang. Zaiwan, salah seorang sosok aktivis desa adalah orang dibalik cerita sukses desa Namang.
Sejak masih menjadi kepala desa hingga sekarang, pria ini getol dan konsisten mempertahankan hutan yang ada di desa tersebut dari ancaman-ancaman pengusaha timah yang ingin mengeruk kandungan timah yang tersimpan di dalam perut desa Namang.
“Saya begitu keras mempertahankan (hutan) ini karena saya berpikir, 10 atau 20 tahun lagi anak cucu kita harus bisa hidup dari hasil bumi desa Namang ini. kalau ditambang, akan hidup dengan apa mereka ?” Ujar Zaiwan.
Dalam upaya mempertahankan hutan tempat tumbuhnya pohon pelawan ini, ancaman dan tekanan datang dari berbagai pihak. mulai dari preman, oknum pengusaha, oknum pejabat, bahkan warga desa sendiri. Dari semua itu, tekanan dari warga adalah yang terberat baginya.
Pada waktu itu, kurang lebih 50% warga menghendaki hutan-hutan yang ada di desa Namang dijual untuk ditambang kandungan timah di dalamnya. Masyarakat tergiur dengan kemudahan dan kecepatan mendapatkan uang melimpah dari hasil penambangan timah tersebut. Hal tersebut berbanding terbalik dengan cara-cara berkebun ataupun bercocok tanam yang membutuhkan ketelatenan dan kesabaran menunggu hasil panen.
“Bahkan saya dibilang sebagai orang gila karena mempertahankan hutan yang belum tentu ada hasilnya” imbuh Zaiwan.
Namun berkat kegigihan dan seiring berjalannya waktu masyarakat mulai menyadari dan mengamini apa yang diperjuangkan oleh Zaiwan. Akhirnya terjadi perubahan kebiasanaan pada warga desa Namang. Masyarakat yang tadinya hanya mengandalkan hasil tambang dengan ikut bekerja sebagai penambang timah, kini mulai bisa berkebun dan bercocok tanam.
Ada yang berkebun lada, kayu putih, dan kayu pelawan itu sendiri. Selain itu juga ada juga kelompok masyarakat yang menanam sawah dengan sistem irigasi yang baik seperti halnya sawah di pulau Jawa.
Budaya gotong royong antar warga mulai tumbuh. Kebersamaan untuk menggarap lahan bersama-sama, menggarap destinasi wisata bersama-sama, dan menggarap hasil bumi bersama-sama menjadi semakin hidup, tumbuh dan berkembang.
Untuk mengembangkan usaha tersebut PLN menyalurkan pinjaman lunak melalui program kemitraan kepada pelaku UMKM di desa tersebut. Selain itu ada juga, dukungan melalui program Bina Lingkungan kepada komunitas desa Namang untuk mengembangkan kelompok-kelompok tani di lingkungan tersebut.
Kini Desa Namang telah bersolek menjadi kawasan desa wisata yang dapat menjadi pilihan bagi pengunjung apabila ingin berwisata ke pulau Bangka. Sebuah paket kawasan desa wisata yang menjadi daya tarik tersendiri dan mampu memanjakan wisatawan. Sebuah mahakarya anak negeri, sinergi antara masyarakat, pemerintah daerah, dan PLN Wilayah Bangka Belitung.