Satukan Energi di Asia Tenggara, PLN Gelar HAPUA-AEMI Workshop

IMG_6793Dalam rangka rencana pengimplementasian sistem interkoneksi kelistrikan di regional Asia Tenggara, Heads of Power Utilities/Authorities (HAPUA) dan ASEAN EnergyMarket Integration (AEMI) mengadakan Workshop Powering ASEAN: Can the Nordic Model Work?, bertempat di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu-Kamis (25-26/5). Hal ini sesuai dengan salah satu sasaran dari Masyarakat Ekonomi ASEAN, yakni pengintegrasian pasar energi atau dalam upaya untuk membentuk ASEAN Energy Exchange (AEE) dan memperkuat pelaksanaan ASEAN Power Grid (APG).

Sementara itu, tujuan dari APG adalah meraih keamanan energi regional, mulai dari ketersediaan dan kehandalan pasokan energi; mengoptimalkan sumber daya regional, khususnya energi baru terbarukan (EBT); dan demi menciptakan energi yang mudah diperoleh oleh seluruh masyarakat ASEAN. Pada dasarnya, forum ini merencanakan pengimplementasian sistem interkoneksi kelistrikan di regional Asia Tenggara.

Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari HAPUA (seperti PLN, Tenaga Nasional Berhad, Singapore Power), AEMI, APGCC, LIPI, ASEAN Center for Energy, Nord Pool Consulting, Ricardo Energy & Environment, Royal Norwegian Embassy, dan ASEAN Secretariat.

Dalam pembukaan acara, Sekretaris HAPUA Syaiful B. Ibrahim menyatakan bahwa ASEAN menegaskan adanya integrasi pasar energi dan pembentukan pasar energi regional yang membutuhkan banyak tantangan, seperti harmonisasi regulasi dan komitmen. Untuk itu, kolaborasi antara HAPUA dan ASEAN harus intensif demi meningkatkan konektivitas ASEAN pada bidang energi, khususnya kelistrikan.

Let us continue to strive towards the realization of further APG projects, while working to resolve the challenges of cross border power trade and investments,” ujar Syaiful.

Inti dari acara ini adalah sebagai wadah bagi instansi terkait untuk merancang pengimplementasian sistem interkoneksi kelistrikan di ASEAN, seperti yang telah dilaksanakan dengan baik oleh Nord Pool (dengan cakupan wilayah di Eropa Timur dan Atlantik Utara) dan Southern African Power Pool/SAPP (regional Afrika Selatan).

Melihat dari kesuksesan Nord Pool dan SAPP dalam menyediakan listrik untuk regional masing-masing dianggap sebagai efisiensi, di mana perusahaan listrik di regional-regional tersebut menyediakan listrik dengan biaya yang terjangkau dan tentu saja memaksimalkan keuntungan antara produsen dan konsumen. Sama seperti Nord Pool, SAPP yang telah dibangun sejak 1995 mengintegrasikan perusahaan listrik di sana untuk menjual kapasitas listrik yang berlebih kepada negara lainnya di regional Afrika Selatan. Model ini juga sukses diadaptasikan dan diimplementasikan pada 29 negara bagian di India.

Jika di kemudian hari regional ASEAN akan menerapkan sistem interkoneksi kelistrikan melalui AEE, maka dipastikan tidak akan mengganggu pasar energi nasional, seperti halnya pada tarifnya dan tidak akan mengubah struktur kepemilikan perusahaan listrik menjadi privatisasi. Sementara itu, skema pelaksanaannya adalah perusahaan listrik yang mempunyai kapasitas listrik berlebih akan menjual listriknya kepada negara di regional ASEAN yang defisit listrik di suatu wilayah demi meningkatkan rasio elektrifikasi negara tersebut.

Perlu Feasibility Study Sebelum Bentuk AEE

Jika memungkinkan untuk dapat diterapkan, maka diharapkan dalam forum ini selanjutnya adalah pembuatan proposal feasibility study sebelum membentuk AEE. Nantinya, diperlukan kolaborasi antara ASEAN dan para ahli dari Norwegia, U.K. dan Afrika Selatan untuk melaksanakan feasibility study tersebut. Tahap-tahap pembentukan AEE sesuai dengan kesepakatan forum ini adalah menyelesaikan feasibility study AEE dalam waktu enam bulan; mengidentifikasi dan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembentukan pasar multilateral; dan tahap terakhir adalah pengoperasian AEE.