Mandailing Natal, 2 Maret 2020 – PLN berhasil ciptakan potensi penghematan sebesar 129 Miliar rupiah pertahun melalui pembangunan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) Sorik Marapi unit 1, di wilayah Mandailing Natal, Sumatera Utara berkapasitas 45 MW (MegaWatt) yang telah berhasil masuk kedalam sistem kelistrikan jaringan 150 kV (kilo Volt) sejak 30 September 2019. Potensi penghematan tersebut berpotensi menurunkan BPP Pembangkitan Sistem Sumatera Bagian Utara sekitar 6,27 rupiah per kWh sehingga tercipta potensi penghematan atas selisih BPP sekitar Rp 129 milyar per tahun.
PLTP Sorik Marapi merupakan proyek strategis nasional dalam megaproyek 35.000 MW, pembangkit EBT ini secara keseluruhan memiliki total potensi kapasitas sebesar 240 MW, sebelumnya pada 2019 PLTP Sorik Marapi unit 1 berkapasitas 45 MW sudah berhasil masuk sistem PLN, kedepan target pengembangan selanjutnya yaitu Unit 2 berkapasitas 45 MW ditargetkan beroperasi akhir tahun 2020, Unit 3 berkapasitas 50 MW dengan target operasi akhir tahun 2021, Unit 4 kapasitas 50 MW di akhir tahun 2022 dan dan Unit 5 berkapasitas 50 MW ditargetkan beroperasi akhir tahun 2023.
Direktur Bisnis PLN Regional Sumatera – Wiluyo Kusdwiharto mengungkapkan bahwa pembangunan PLTP Sorik Unit 1 termasuk salah satu pembangunan PLTP yang paling cepat.
“Proyek PLTP Sorik Marapi ini bisa dibilang salah satu yang paling cepat waktu pembangunannya, dalam tiga setengah tahun terakhir berhasil menyelesaikan pengeboran sebanyak 23 sumur pada 6 tapak pengeboran dan menghubungkan Unit 1 hingga 45 MW pada akhir 2019, jadi pembangunannya sangat cepat,” kata Wiluyo.
Lebih lanjut Wiluyo berharap agar Unit 2 PLTP Sorik Marapi dapat terkoneksi sesuai dengan jadwal dan tentu nya meningkatkan bauran energi di Indonesia.
“Tentu kami berharap agar unit 2 PLTP Sorik Marapi dapat terkoneksi sesuai jadwal, sehingga dapat terus menambah porsi penggunaan EBT khususnya di wilayah Sumatera.” tambah Wiluyo.
Adapun pengembang PLTP Sorik adalah PT. Sorik Marapi Geothermal Power (PT. SMGP), perusahaan pengembang dan operator panas bumi yang berbasis di Singapura dimana mayoritas sahamnya (95%) dimiliki oleh KS Orka Renewables Pte Ltd, hingga saat ini PT SMGP terus berupaya mengembangkan proyek melalui kegiatan pengeboran untuk memperoleh hasil maksimal sesuai potensi sumber daya yang ada.
Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE – Ida Nuryatin Finahari dalam kunjungannya pada 13 Februari ke PLTP Sorik Marapi, mengatakan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia di bawah Amerika Serikat terkait pemanfaatan panas bumi untuk energi listrik.
“Kami mendorong agar para pengembang untuk dapat mempercepat pembangunan proyek PLTP masing-masing agar dapat COD sesuai dengan target yang telah dicanangkan, sampai dengan akhir 2019, Indonesia telah menghasilkan 2.133 MW tenaga listrik dari sumber daya panas bumi, kedua tertinggi di dunia setelah AS,” pungkas Ida.
Angka ini masih akan terus bertambah seiring dengan perkembangan industri panas bumi yang ada di Indonesia, karena potensi panas bumi di Indonesia masih sangat banyak yang masih belum dikembangkan sepenuhnya. Pengembangan EBT merupakan program yang menjadi prioritas bagi Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan bauran energi dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Beberapa proyek pembangkit panas bumi yang direncanakan COD tahun ini selain PLTP Sorik Marapi adalah proyek PLTP Rantau Dedap Unit 1 kapasitas 90 MW di Sumatera Barat dan PLTP Sokoria Unit 1 & 2 kapasitas 2 x 5 MW di Nusa Tenggara Timur.