Gayung Bersambut Sambas “Merdeke” dari Kegelapan

Sambas, 23 Agustus 2019 – “Kami bersyukur dalam waktu dekat “merdeke” (logat Sambas) atau merdeka
dari kegelapan.”
Itu satu di antara petikan dari warga Dusun Gayung Bersambut, Desa Selakau Tua, Kecamatan Selaku Timur, Kabupaten Sambas, Kaliamntan Barat, Hadi Yudiarto.

Pasalnya dalam waktu dekat dusun mereka akan segera dialiri listrik. Saat ini proses pembangunan jaringan listrik hampir selesai.

Bertepatan dengan HUT RI Ke- 74 akhirnya masa terang benderang sudah didepan mata. Pada September 2019 jika tidak ada halangan, masyarakat sudah dapat merasakan listrik dari PLN tersebut.

“Kita sebentar lagi merasakan merdeke. Merdeke dari kegelapan. Akhirnya kami merasakan listrik dari PLN,” ujar Hadi di Gayung Bersambut.

Selama ini, Hadi menyebutkan untuk penerangan dan penggunaan peralatan listrik di malam hari banyak warga menggunakan genset, waktu penggunaannya pun sangat terbatas, hanya sekitar dua atau tiga jam saja. Hal itu dikarenakan biaya operasionalnya cukup tinggi. Lampu pelita menjadi solusi.

“Tentu mahal kalau menggunakan genset. Untuk membeli solar kami harus mengeluarkan uang sekitar 20 ribu permalam, itupun hanya bisa dipakai untuk 3 jam saja, belum lagi untuk biaya perawatan jika sesekali gensetnya rusak. Pastinya perbulan kami harus mengeluarkan biaya antara 600 hingga 700 ribu rupiah. Bagi kami warga dusun pastinya terasa sangat berat,” kata dia.

Hadi dan beberapa warga lainnya, untuk mendukung masuknya listrik ke desa tersebut selain rela bergotong-royong untuk mengangkut material juga rela pohon sawitnya harus ditebang karena dilalui jaringan listrik. Ada sekitar 60 batang sawit miliknya dari sekitar 500-an batang sawit milik warga yang ditebang.
Setiap batang sawit tersebut satu Rupiah pun tidak ada tuntutan ganti rugi dari warga. Padahal sawit yang ada mayoritas sudah berproduksi atau sudah berumur sekitar 6- 8 tahun. Jika dikonversikan untuk ganti rugi diperkirakan warga yakni Rp. 800.000 – Rp. 1.000.000 per batang.

“Kami tidak mau ganti rugi, demi kepentingan bersama dan asal listrik masuk, kami ikhlas pohon sawit, karet dan lainnya ditebang tanpa ganti rugi,” jelas dia.

Menurut General Manager PLN Unit Induk Wilayah Kalbar, Agung Murdifi, khusus Dusun Gayung Bersambut, kendala terberat dan menjadi salah satu faktor daerah tersebut lama tersentuh listrik PLN adalah akses jalan. Jalan yang sempit dan jembatan yang ada tidak bisa dilalui oleh kendaraan yang memasukan material seperti tiang, trafo dan kabel listrik.

Namun, pada 2019 ini tantangan yang ada terjawab dengan komitmen dan kerelaan warga yang bersedia untuk bergotong – royong mengangkut material. Masyarakat dengan rela dan ikhlas tanpa dibayar bahu membahu memikul tiang listrik agar bisa masuk ke dusunnya. Bahkan untuk menyeberang sungai melalui air, tiang harus diberi pelampung dan dibawa melalui sungai.

“Ini merupakan hal yang luar biasa. Saya mengapresiasi Kerelaan dan keikhlasan seluruh warga dalam membantu dan bersinergi dengan para pekerja dalam mensukseskan pelaksanaan proyek lisdes tersebut,” ungkap Agung.

Diakuinya, untuk mengalirkan listrik ke Dusun Gayung Bersambut, PLN membangun jaringan tegangan menengah (JTM) sepanjang 8,586 kms dan jaringan tegangan rendah (JTR) sepanjang 5,597 kms serta 2 unit gardu distribusi dengan total kapasitas sebesar 200 kVA. Keseluruhan pembangunan jaringan listrik menelan biaya sekitar Rp 2,8 milyar.