Efisiensi untuk Meningkatkan Kinerja
(Jakarta, 28/7/2015) PT PLN (Persero) telah menerbitkan laporan keuangan Semester I tahun 2015 (tidak diaudit) dengan perbandingan laporan posisi keuangan 31 Desember 2014 dan 1 Januari 2014/31 Desember 2013.
Pendapatan penjualan tenaga listrik PT PLN (Persero) pada Semester I 2015 mengalami kenaikan sebesar Rp15,5 triliun atau 18,1% sehingga menjadi Rp101,3 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp85,7 triliun.
Pertumbuhan pendapatan ini berasal dari kenaikan volume penjualan kWh menjadi sebesar 99,4 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,8% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 97,6 TWh, serta adanya kenaikan harga jual rata-rata dari sebesar Rp 878,44/KWh menjadi Rp1.018,87/KWh. Jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir Semester I 2015 mencapai 59,5 juta pelanggan atau naik 6,82% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu 55,7 juta pelanggan. Bertambahnya jumlah pelanggan ini juga mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional yaitu dari 80,1% pada Juni 2014 menjadi 84,0% pada Juni 2015.
Subsidi listrik pada Semester I 2015 sebesar Rp27,4 triliun, turun sebesar Rp30,3 triliun atau 52,5% dibandingkan Semester I 2014 sebesar Rp57,7 triliun. Penurunan tersebut sejalan dengan efisiensi biaya penyediaan tenaga listrik yang terus dijalankan oleh perusahaan serta adanya kenaikan tarif tenaga listrik pada beberapa golongan tarif. Total pendapatan usaha pada Semester I 2015 sebesar Rp132,54 triliun, lebih rendah Rp14,5 triliun atau turun 9,8% dibandingkan dengan Semester I 2014 sebesar Rp147,01 triliun.
Meskipun volume penjualan meningkat, namun beban usaha perusahaan turun sebesar Rp10,4 triliun atau 8,8% menjadi Rp107,8 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp118,2 triliun. Penurunan ini terjadi karena program efisiensi yang terus dilakukan perusahaan antara lain melalui substitusi penggunaan bahan bakar minyak/BBM dengan penggunaan batubara/energi primer lain yang lebih murah, serta turunnya harga komoditas energi primer.
Efisiensi terbesar terlihat dari berkurangnya biaya BBM yaitu sebesar Rp19,4 triliun atau 50,5% sehingga pada Semester I 2015 menjadi Rp18,8 trilliun dari sebelumnya Rp 37,9 trilliun. Biaya pemakaian batubara naik sebesar Rp2,1 triliun atau 10,2% sehingga menjadi Rp22,4 triliun, dan biaya pemakaian gas naik dari 22,7 trilliun menjadi 23,2 trilliun. Perseroan terus melakukan efisiensi dan pengendalian terhadap pengeluaran untuk beban usaha, terutama dengan mengalihkan biaya energi primer dari BBM ke Non-BBM serta efisiensi biaya yang merupakan controllable cost bagi Perseroan.
Laba operasi/usaha Perseroan pada Semester I 2015 sebesar Rp24,7 triliun, turun sebesar Rp4,1 triliun atau 14,2 % dibanding periode lalu sebesar Rp28,8 triliun. Pada Semester I 2015, Perseroan mengalami Rugi bersih sebesar Rp10,5 triliun, atau turun sebesar Rp25,0 triliun dibanding dengan Semester I 2014 saat Perseroan mencetak laba bersih sebesar Rp14,5 triliun. Penurunan laba bersih ini terutama karena adanya rugi selisih kurs yaitu dari laba kurs Rp4,4 trilliun pada Semester I 2014 menjadi rugi selisih kurs Rp16,9 trilliun pada Semester I 2015.
Dengan diberlakukannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 mulai tahun 2012, maka sebagian besar transaksi tenaga listrik antara PLN dengan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dicatat seperti transaksi sewa guna usaha. Kondisi ini berdampak pada liabilitas/hutang valas PLN meningkat signifikan dan laba rugi PLN sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap valas.
Untuk mengurangi beban akibat mata uang Rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing terutama USD, Perusahaan pada bulan April 2015 telah melakukan transaksi lindung nilai atas sebagian kewajiban dan hutang usaha valas.
Total aset Perseroan pada 30 Juni 2015 adalah Rp622,5 triliun atau naik 1,87% dibanding 31 Desember 2014 sebesar Rp611,1 triliun. Kenaikan total aset ini terutama disebabkan jumlah aset tidak lancar mengalami peningkatan 2,1% menjadi Rp536,8 triliun pada 30 Juni 2015 dari Rp525,6 triliun pada 31 Desember 2014. Peningkatan ini disebabkan adanya investasi pada proyek-proyek yang masih terus berjalan terutama proyek pembangkit dan transmisi.
Laporan Keuangan tahun 2013 dan 2014 disajikan kembali atas penerapan PSAK 24: Imbalan Kerja yang menyebabkan perusahaan merubah kebijakan pengakuan keuntungan/kerugian aktuaria yang sebelumnya menggunakan pendekatan koridor (corridor approach) menjadi pendekatan pendapatan komprehensif lain (other comprehensif income/OCI).
Dengan perubahan ini, keuntungan/kerugian aktuaria yang semula diamortisasi (atas jumlah diatas koridor) menjadi diakui seluruhnya pada OCI tahun berjalan.
Selengkapnya Laporan Keuangan PT PLN (Persero) Semester I 2015 dapat dilihat di www.pln.co.id, menu Investor.