Beragamnya tarif listrik di Indonesia terkadang membuat orang yang masih awam sedikit kebingungan. Pasalnya, perbedaan besar daya dan jenis bangunan pun memengaruhi tarifnya. Keragaman tarif ini dibuat agar listrik dapat dinikmati semua golongan secara adil dan tidak memberatkan.
Untuk membantu pelanggan memahami struktur biayanya, penting untuk mengetahui tarif terbaru berdasarkan golongan daya serta faktor-faktor yang memengaruhi besar tagihan tiap bulan. Artikel ini akan membahas secara menyeluruh mengenai kategori pelanggan, rincian tarif listrik, penyebab perubahan tagihan, hingga upaya PLN dalam menjaga kestabilan harga listrik nasional.
Detail Tarif Listrik Berdasarkan Jenisnya (Rumah Tangga atau Bisnis)
Tarif listrik di Indonesia dibedakan berdasarkan golongan daya dan jenis penggunaannya, seperti rumah tangga, bisnis, industri, hingga pemerintahan. Golongan ini menentukan berapa biaya per kilowatt hour (kWh) yang harus dibayarkan pelanggan.
Tarif listrik selalu ditinjau dan diperbarui setiap triwulan atau tiga bulan sekali. Meski demikian, bukan berarti akan selalu naik setiap triwulan. Contohnya pada triwulan IV 2025 ini, Pemerintah memutuskan bahwa biaya listrik tetap/tidak naik. Berikut ini adalah tarif yang berlaku untuk triwulan IV 2025 (Oktober-Desember 2025).
1. Tarif Listrik Rumah Tangga
Golongan rumah tangga merupakan pelanggan terbesar PLN. Tarif listrik golongan ini terbagi menjadi beberapa kelompok daya:
| Golongan | Daya Listrik | Tarif (Rp/kWh) |
| R-1 (Subsidi) | 450 VA | Rp415/kWh |
| R-1 (Subsidi) | 900 VA | Rp605/kWh |
| R-1 (Non-Subsidi) | 900 VA | Rp1.352/kWh |
| R-1 (Non-Subsidi) | 1.300 VA – 2.200 VA | Rp1.444,70/kWh |
| R-2 | 3.500 VA – 5.500 VA | Rp1.699,53/kWh |
| R-3 | ≥ 6.600 VA | Rp1.699,53/kWh |
Golongan R-1 subsidi diperuntukkan bagi rumah tangga miskin dan tidak mampu yang terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Sementara itu, R-1 non-subsidi mencakup rumah tangga menengah dengan tarif mengikuti harga keekonomian. Untuk golongan R-2 dan R-3, tarifnya lebih tinggi karena biasanya digunakan oleh rumah tangga besar atau hunian mewah dengan kebutuhan daya listrik yang tinggi.
Dengan struktur ini, PLN dan pemerintah berusaha menyeimbangkan antara pemerataan akses listrik dan keadilan sosial, agar masyarakat kecil tetap terlindungi tanpa membebani keuangan negara secara berlebihan.
2. Tarif Listrik Bisnis dan Industri
Untuk pelanggan bisnis dan industri, PLN menerapkan tarif berdasarkan jam pemakaian beban puncak (WBP) dan luar beban puncak (LWBP). Tujuannya adalah mendorong efisiensi penggunaan listrik dan pemerataan konsumsi energi. Berikut rinciannya:
| Golongan | Daya Listrik | Tarif (Rp/kWh) |
| B-1 (Bisnis kecil) | 450–5.500 VA | Rp1444,70/kWh |
| B-2 (Bisnis menengah) | 6.600–200.000 VA | Rp1444,70/kWh |
| B-3 (Bisnis besar) | >200.000 VA | Rp1035,78/kWh untuk LWBP dan WBP (Terapkan Time of Use (TOU) dengan tarif WBP/LWBP berbeda) |
Sistem Time of Use (TOU) merupakan mekanisme tarif listrik di mana harga per kWh berbeda tergantung waktu penggunaan. Skema ini diterapkan untuk pelanggan industri dan bisnis besar dengan daya di atas 200 kVA, seperti golongan I-3, I-4, B-3, dan P-2.
Tujuannya adalah mendorong pelanggan mengalihkan konsumsi listrik ke waktu beban rendah (LWBP) dengan tarif lebih murah, dan mengurangi pemakaian saat waktu beban puncak (WBP) yang tarifnya lebih tinggi.
Untuk periode tarif November 2025, PLN menetapkan bahwa tarif WBP dan LWBP sementara disamakan, yakni Rp1.035,78/kWh. Artinya, meskipun sistem pencatatan tetap memisahkan waktu pemakaian, pelanggan besar membayar tarif tunggal pada periode ini.
Selain dua kategori besar di atas, ada juga tarif untuk pemerintah, publik (P) seperti penerangan jalan umum, serta layanan sosial. Setiap kategori diatur secara transparan dan dapat diakses publik melalui situs resmi PLN.
Faktor yang Mempengaruhi Tagihan Listrik
Meski tarif per kWh sudah tetap, banyak pelanggan yang merasa tagihan listrik mereka berubah dari bulan ke bulan. Perbedaan ini bisa jadi disebabkan oleh berbagai faktor teknis dan kebiasaan pemakaian di rumah maupun tempat usaha. Misalnya:
1. Konsumsi Daya dan Jenis Peralatan
Semakin tinggi daya perangkat listrik, semakin besar pula konsumsi energinya. Misalnya, penggunaan AC 1 PK bisa mengonsumsi 800–900 watt per jam, sementara lampu LED 10 watt hanya butuh sebagian kecilnya. Perangkat seperti pemanas air, kulkas besar, atau mesin cuci juga memberi kontribusi signifikan terhadap tagihan bulanan. Dengan demikian, pelanggan disarankan melakukan hal-hal berikut untuk menghemat:
- Menggunakan peralatan hemat energi berlabel SNI dan Energy Star
- Mencabut steker setelah digunakan
- Mengatur waktu pemakaian alat berat di luar jam puncak (pukul 17.00–22.00)
2. Kebiasaan Pemakaian
Waktu penggunaan perangkat elektronik juga menyebabkan perbedaan tagihan listrik. Hal ini yang kadang tidak disadari pelanggan. Misalnya, pada saat liburan, anggota keluarga lebih sering berada di rumah sehingga lebih sering menyalakan AC, menonton TV, dan mengaktifkan perangkat elektronik yang lain.
Atau, karena cuaca yang panas akhir-akhir ini menyebabkan pelanggan memasang AC pada suhu 18-20 derajat celcius, padahal biasanya di 24-26 derajat celcius. Ini juga memengaruhi besarnya tagihan listrik.
Kesadaran kecil seperti membatasi penggunaan perangkat elektronik, mematikan lampu, dan mengatur suhu AC dapat menurunkan tagihan hingga 15–20%.
3. Daya Terpasang dan Golongan Tarif
Pelanggan dengan daya terpasang lebih tinggi memiliki biaya beban tetap yang juga lebih besar. Oleh karena itu, penting memilih daya yang sesuai dengan kebutuhan rumah tangga. Jika terlalu tinggi, pelanggan membayar lebih untuk kapasitas yang tidak digunakan; jika terlalu rendah, listrik sering padam akibat beban berlebih.
PLN sendiri menyediakan simulasi di aplikasi PLN Mobile untuk membantu pelanggan menghitung kebutuhan daya ideal di rumahnya.
4. Sistem Prabayar dan Pascabayar
Pelanggan prabayar (token) dan pascabayar (tagihan bulanan) juga mengalami pola pembayaran yang berbeda. Sistem prabayar memungkinkan pelanggan lebih mengontrol pemakaian, karena token akan habis sesuai energi yang dikonsumsi. Sementara itu, sistem pascabayar mencatat pemakaian melalui meteran dan dibayarkan di akhir bulan.
Keduanya memiliki tarif dasar yang sama sesuai golongan, namun sistem prabayar memberi keuntungan dari sisi transparansi dan kontrol penggunaan.
Upaya PLN dalam Menjaga Tarif Tetap Stabil
Menjaga tarif listrik agar tetap stabil bukan hal mudah. PLN harus menyeimbangkan biaya produksi listrik, fluktuasi harga energi dunia, serta kebutuhan pelanggan akan tarif yang terjangkau. Meski demikian, PLN terus berusaha membuat tagihan tetap terjangkau bagi masyarakat. Berikut beberapa langkah nyata yang dilakukan PLN:
1. Diversifikasi Energi dan Pemanfaatan Energi Terbarukan
PLN terus memperluas pembangkit listrik berbasis energi terbarukan seperti tenaga surya, air, angin, dan biomassa. Langkah ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, tapi juga menekan biaya produksi jangka panjang.
Dengan roadmap menuju Net Zero Emission 2060, PLN berupaya agar harga listrik tetap kompetitif tanpa mengorbankan aspek lingkungan.
2. Efisiensi Operasional dan Digitalisasi
Transformasi digital di tubuh PLN memungkinkan pemantauan jaringan listrik secara real-time dan pengurangan losses energi di transmisi maupun distribusi.
Selain itu, PLN juga melakukan digitalisasi layanan pelanggan, seperti pembayaran online, pengecekan tagihan, hingga pelaporan gangguan melalui aplikasi PLN Mobile.
3. Subsidi Tepat Sasaran
Melalui data terpadu dari Kementerian Sosial, subsidi listrik kini disalurkan hanya kepada pelanggan rumah tangga yang benar-benar berhak (450 VA dan 900 VA bersubsidi).
Langkah ini membantu menjaga keuangan negara sekaligus memastikan bahwa bantuan energi diterima oleh masyarakat yang paling membutuhkan.
4. Stabilitas Pasokan dan Infrastruktur
PLN terus memperkuat jaringan transmisi dan gardu induk di berbagai daerah, agar pasokan listrik tetap andal dan minim gangguan. Stabilitas pasokan berkontribusi besar terhadap kestabilan tarif, karena mengurangi potensi kerugian akibat pemadaman atau gangguan sistem.
Pertanyaan yang Sering Diajukan Mengenai Tarif Listrik
Apa yang dimaksud dengan tarif listrik?
Tarif listrik adalah harga yang dibayar pelanggan per kWh energi listrik yang digunakan, ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Republik Indonesia.
Mengapa tarif listrik bisa berbeda antar golongan daya?
Karena besarnya daya, segmen pelanggan, dan subsidi pemerintah memengaruhi perhitungan tarif listrik.
Apakah tarif listrik berubah setiap bulan?
Tidak selalu. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) Republik Indonesia menyesuaikan tarif listrik secara berkala berdasarkan kurs, harga minyak, dan inflasi, namun bisa tetap stabil dalam beberapa periode.
Siapa yang berhak mendapat subsidi listrik?
Pelanggan rumah tangga kecil (450 VA dan 900 VA) dengan data terverifikasi dalam kategori masyarakat miskin.
Bagaimana cara mengetahui tarif listrik yang berlaku di rumah saya?
Kamu bisa mengeceknya lewat PLN Mobile, situs resmi pln.co.id, atau tagihan bulanan yang menampilkan tarif per kWh sesuai golongan daya.
Memahami daftar tarif listrik berdasarkan golongan daya membantu pelanggan merencanakan konsumsi energi secara lebih bijak dan efisien. Baik untuk rumah tangga maupun bisnis, tarif ini ditetapkan secara transparan oleh PLN dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat, biaya produksi, dan kestabilan ekonomi nasional.
Dengan penggunaan yang cerdas, pemilihan daya yang sesuai, serta pemanfaatan teknologi seperti PLN Mobile, setiap pelanggan dapat memantau tagihan listrik sekaligus mendukung efisiensi energi nasional.
Pelanggan PLN juga dapat turut serta mewujudkan penggunaan energi yang ramah lingkungan lewat Renewable Energy Certificate (REC) PLN ataupun menjadi mitra PLN dalam membangun sumber energi terbarukan lewat program Dedicated Source (DS) PLN.
