Eko Susilo (54) seorang pengusaha makanan dan minuman olahan kedelai di Salatiga telah merintis usahanya sejak 2006. Keterbatasan produksi menjadi salah satu kendala usahanya untuk berkembang. Ia pun sempat mengalami jatuh bangun.
“Saat itu ada kendala di proses produksi yang memakan waktu lama. Belum lagi hasil produksi cepat rusak (tengik), sehingga banyak merugi,” ungkap Eko pemilik Rumah Wisata Kedelai Sehati.
Berbagai inovasi peralatan produksi pun dilakukan Eko dengan mendaur ulang barang-barang bekas. Hanya saja, saat itu terkendala dana untuk membuat peralatan.
“Beruntung pada tahun 2010 PLN datang menawarkan bantuan permodalan bagi Rumah Wisata Kedelai sebagai mitra binaan PLN, sehingga usaha kami bisa bangkit dan berkembang hingga saat ini,” ujarnya.
Kini, Rumah Wisata Kedelai sudah memiliki banyak varian produk, mulai dari kedelai goreng rendah lemak dengan berbagai varian rasa (Bawang, keju, vegetarian), satru kedelai, serbuk beras merah, beras hitam, kacang hijau, bahkan perpaduan serbuk dengan gula merah organik menjadi jus hangat beras merah, beras hitam, dan kacang hijau. Adapun pemasarannya sudah meluas sampai ke Bali.
Indriani Widiastuti, Tim Kementerian BUMN dalam kunjungannya ke UKM binaan PLN mengapresiasi upaya PLN dalam membangkitkan usaha kecil. Selain itu, pihaknya juga turut mendorong pelaku UKM untuk bisa terus berinovasi mengembangkan produknya.
“Sangat menarik semua proses produksi dilakukan dengan alat – alat yang merupakan modifikasi dan inovasi sendiri yang mendapat dukungan dana dari PLN di tahun 2010. Semoga usahanya bisa terus dikembangkan,” ungkap Indriani.
Dalam kesempatan tersebut, Manajer Senior CSR PLN Pusat, Zubaidah menyampaikan, bantuan PLN tak hanya sekedar pada permodalan saja. Namun, dengan melihat perkembangan usaha, selanjutnya PLN akan turut mendorong Rumah Wisata Kedelai untuk menyertifikasi produk-produknya ke Balai POM.
“PLN akan terus mendukung dan mendampingi Rumah Wisata Kedelai sebagai mitra binaannya dalam hal Sertifikasi dari Balai POM untuk produk – produk yang belum tersertifikasi,” pungkas Zubaidah.