Perbaiki Ekosistem Pulau Panjang, PLN Tanjung Jati B Manfaatkan Artificial Patch Reef Dan Lamun

Inovasi restorasi terumbu karang pertama di Indonesia menggunakan APR dan Lamun

Jepara, 23 November 2019 – PLN Unit Induk Pembangkit (UIK) Tanjung Jati B (TJB) terus berupaya memperbaiki ekosistem laut yang ada di Pulau Panjang, melalui pemanfaatan Artificial Patch Reef (APR) dan transplantasi Lamun menggunakan metode jangkar yang merupakan pertama kalinya diterapkan di Indonesia.

APR merupakan susunan modul melingkar bertingkat dari konkrit blok dengan diameter kurang lebih 3 (tiga) meter, sejak diterapkan tahun 2016 luas APR terus berkembang dari 14,1 meter persegi hingga 98,9 meter persegi di 2019 dengan indeks keanekaragaman (H’) karang meningkat dari 0,2 menjadi 1,3. Melalui program APR jumlah karang pun terus meningkat hingga saat ini mencapai lebih dari 3.800 koloni.

Sementara transplantasi Lamun dengan metode jangkar telah meningkatkan jumlah jenis ikan karang dan megabenthos di wilayah pengembangan lamun, dengan luasan area berkembang dari 265 meter persegi pada tahun 2016 menjadi 2295 meter persegi di 2019, sementara tutupan vegetasi meningkat dari 30,5% di 2016 menjadi 72,21 di 2019.

General Manager PLN UIK TJB Rahmat Aszwin menjelaskan bahwa perbaikan ekosistem laut Pulau Paniang merupakan bagian dari program Juara MIK Pantura atau Rajungan dan Karang Endemik Pantai Utara Jawa yang dilatarbelakangi beberapa faktor seperti maraknya penambangan karang ilegal, overfishing rajungan dan penurunan luasan vegetasi lamun di perairan Pulau Panjang.

“Kerusakan karang di perairan Pulau Panjang mencapai 93%, overfishing rajungan dari tahun ke tahun dan penurunan luasan vegetasi lamun membuat kami merasa perlu memperbaiki ekosistem disini,” kata Azis.

Lebih lanjut Rahmat Azwin menjelaskan bahwa program ini ditujukan juga untuk membantu edukasi masyarakat sekitar sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Inovasi Perubahan Perilaku Masyarakat berupa Konservasi Rajungan dengan Metode In Situ

Selain inovasi APR dan Lamun, PLN UIK TJB juga membuat sebuah inovasi yang berdampak pada perubahn perilaku masyarakat sekitar, yaitu konservasi Rajungan dengan metode In Situ.

“Masyarakat setempat awalnya menangkap rajungan secara berlebihan dan membuat jumlah rajungan terus menurun drastis, berdasarkan Permen KP No. 56/2016 tentang regulasi penangkapan rajungan, akhirnya kami bentuk program konservasi rajungan metode In Stu, tujuan utamanya mengedukasi masyarakat dalam membiakkan rajungan disini.” Tambah Azis.

Metode ini memiliki 4 (empat) tahap, yang pertama adalah pembibitan, rajungan yang bertelur ditangkap dan dikarantina 7 hari di crab box, kedua adalah penebaran bibit yaitu mengambil larva rajungan dan melepaskan bibit tersebut dengan metode 75% dikembalikan ke laut lepas sementara 25% di keramba untuk budidaya, tahap ketiga adalah pemberian pakan 3 kali sehari dan tahap terakhir dipanen secara parsial setelah mencapai ukuran tertentu.

Pak Mustain seorang Nelayan Rajungan setempat binaan CSR PLN Peduli UIK TJB menjelaskan bahwa program restocking ini menjadi yang pertama di dunia.

“Alhamdulillah melalui PLN saya dan teman teman nelayan disini dapat merestocking dan melepaskan sebanyak 4,3 juta anakan rajungan di perairan Pulau Panjang.”

Selain itu, dampak positif juga didapatkan para nelayan yaitu peningkatan pendapatan hingga diatas UMK (Upah Minimum Kota/Kabupaten) Jepara.

“Pendapatan nelayan disini juga meningkat hingga 4.7 juta rupiah/bulan, sementara UMK Jepara di 1.8 juta rupiah/bulan, peningkatan ini didapat dari tambahan penjualan petis rajungan, kerupuk rajungan, nelayan penyebrangan wisata,” pungkas Mustain.