(Jakarta, 04 Maret 2015) PT PLN (Persero) telah menerbitkan laporan keuangan tahun 2014 yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanudiredja, Wibisana & Rekan, Firma anggota jaringan global PwC di Indonesia, dan laporan keuangan tahun 2013 yang disajikan kembali atas penerapan ISAK 27 : Pengalihan Aset dari Pelanggan secara retrospektif dan diaudit oleh KAP Osman Bing Satrio & Eny, anggota dari Deloitte Touche Tohmatsu Limited. Penerapan ISAK 27 menyebabkan perusahaan mengubah kebijakan akuntansi atas pendapatan biaya penyambungan ke pelanggan yang semula diamortisasi selama 20 tahun menjadi diakui seluruhnya sebagai pendapatan pada saat perusahaan telah menyambung listrik atau menambah daya pelanggan. Kedua laporan tersebut mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian dari masing-masing KAP. Laporan Keuangan 2014 disajikan dengan perbandingan Laporan 2013 yang telah disajikan kembali.
Pendapatan usaha PT PLN (Persero) tahun 2014 sebesar Rp292,7 triliun menunjukkan pertumbuhan yang signifikan yaitu naik Rp30,9 triliun atau 11,8% dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp261,8 triliun. Meningkatnya pendapatan usaha tersebut berasal dari kenaikan volume penjualan kWh tenaga listrik menjadi sebesar 198,6 Terra Watt hour (TWh) atau naik 5,9% dibanding dengan periode yang sama tahun 2013 sebesar 187,5 TWh. Jumlah pelanggan yang dilayani perusahaan pada akhir tahun mencapai 57,49 juta pelanggan atau naik 6,5% dari tahun sebelumnya. Subsidi listrik dari Pemerintah tahun 2014, sebagai salah satu komponen pendapatan usaha perusahaan, adalah Rp99,3 triliun turun menjadi 98,1% dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp101,2 triliun sebagai dampak adanya kenaikan tarif tenaga Listrik.
Sejalan dengan pertumbuhan usahanya, beban usaha perusahaan tahun 2014 tercatat sebesar Rp246,9 triliun meningkat 11,8% dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp220,9 triliun. Meningkatnya beban usaha ini terutama disebabkan oleh peningkatan konsumsi bahan bakar terutama gas dan batubara seiring dengan peningkatan permintaan tenaga listrik pelanggan. Biaya pemakaian batubara dan biaya pemakaian gas tahun 2014 masing-masing sebesar Rp44,8 triliun dan Rp47,7 triliun, naik sebesar 20,55% dan 26,14 % dari biaya tahun 2013 yang masing-masing sebesar Rp37,2 triliun dan Rp37,8 triliun. Perseroan terus melakukan efisiensi dan pengendalian terhadap pengeluaran untuk beban usaha, terutama dengan mengalihkan biaya energi primer dari BBM ke Non-BBM serta efisiensi biaya yang merupakan controllable cost bagi Perseroan. Pengendalian biaya tersebut dapat terlihat antara lain, bahwa meskipun pendapatan usaha perusahaan naik sebesar 11,8% namun dengan tetap memperhatikan kualitas dan cakupan kegiatan maka biaya pemeliharaan tahun 2014 hanya naik 1,9% yaitu menjadi sebesar Rp20,2 triliun dibandingkan tahun 2013 sebesar Rp19,8 triliun.
Dengan demikian laba usaha Perseroan pada tahun 2014 adalah sebesar Rp45,8 triliun, naik sebesar Rp4,9 triliun atau 11,9 % dibanding tahun 2013 sebesar Rp40,9 triliun. Laba bersih PT PLN (Persero) tahun 2014 adalah Rp11,7 triliun, naik sebesar Rp37,98 triliun dibanding dengan pada periode yang sama tahun 2013 dimana Perseroan mengalami rugi sebesar Rp26,2 triliun.
Kenaikan laba bersih ini disamping disebabkan oleh kenaikan laba usaha juga terjadi karena adanya peningkatan laba selisih kurs. Perusahaan tahun ini mencatatkan laba selisih kurs sebesar Rp1,3 triliun, lebih baik dibandingkan tahun 2013 yang mengalami rugi selisih kurs sebesar Rp48,1 triliun yang terutama diakibatkan oleh translasi liabilitas dalam mata uang asing yang didominasi oleh Dolar Amerika (USD) dan Yen.
EBITDA Perseroan mengalami peningkatan sebesar 8,6% menjadi Rp70,8 triliun pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013 sebesar dari Rp65,2 triliun. Peningkatan EBITDA menunjukkan bahwa likuiditas keuangan perusahaan semakin bagus dan menunjukkan adannya peningkatan kemampuan perusahaan dalam menyediakan dana untuk memenuhi kewajiban pokok dan bunga hutang serta untuk tambahan investasi. Peningkatan kemampuan internal ini sangat diperlukan Perseroan untuk menjawab tantangan Pemerintah dalam pembangunan sektor ketenagalistrikan.
Total aset Perseroan pada akhir tahun 2014 adalah Rp603,7 triliun atau naik 2,3% dibanding 31 Desember 2013 sebesar Rp590,2 triliun. Kenaikan total aset ini terutama disebabkan jumlah aset tidak lancar mengalami peningkatan 2,5% menjadi Rp518,2 triliun pada 31 Desember 2014 dari Rp505,4 triliun pada 31 Desember 2013. Peningkatan ini disebabkan adanya investasi pada proyek-proyek yang masih terus berjalan terutama proyek pembangkit dan transmisi.
Terkait dengan masuknya PLN dalam Fortune Global 500 pada tahun 2014 atas performance Laporan Keuangan 2013, maka pencapaian di Laporan Keuangan Tahun 2014 memberikan harapan bahwa PLN dapat tetap mempertahankan posisinya sebagai salah satu dari 500 perusahaan dengan pendapatan terbesar di dunia.
Selengkapnya Laporan Keuangan PT PLN (Persero) Tahun 2014 dan Laporan tahun 2013 yang telah disajikan kembali dapat dilihat di www.pln.co.id, menu Investor.
Kontak :
Bambang Dwiyanto
Manajer Senior Komunikasi Korporat
Tlp. 021 7261122
Email. bambang.dwiyanto@pln.co.id