Bersama Menerangi Nusantara, Peringatan Hari Listrik Nasional ke-70 Tahun 2015

(Jakarta, 27 Oktober 2015) Peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) sudah memasuki bilangan ke-70 tahun pada tahun 2015. Peringatan HLN mengambil momentum nasionalisasi perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang semula dikuasai penjajah Jepang. Setelah direbut oleh para pemuda dan buruh listrik, perusahaan-perusahaan tersebut kemudian diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan melalui Penetapan Pemerintah No. 1 tanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas. Tanggal 27 Oktober kemudian diperingati sebagai Hari Listrik Nasional yang tidak hanya milik PLN namun milik seluruh pemangku kelistrikan dan seluruh masyarakat Indonesia.

Peringatan HLN tahun ini mengambil tema “Bersama Menerangi Nusantara”.

Sejarah HLN
Sejarah kelistrikan Indonesia sebenarnya telah dimulai pada akhir abad ke 19, pada saat beberapa perusahaan Belanda, antara lain pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Kelistrikan untuk umum mulai ada pada saat perusahaan swasta Belanda yaitu N V. Nign, yang semula bergerak di bidang gas memperluas usahanya di bidang penyediaan listrik untuk umum.

Pada tahun 1927 pemerintah Belanda membentuk s’Lands Waterkracht Bedriven (LWB), yaitu perusahaan listrik negara yang mengelola PLTA Plengan, PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubrug dan Kracak di Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA Tes di Bengkulu, PLTA Tonsea lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa Kotapraja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik Kotapraja.

Setelah Belanda menyerah kepada Jepang dalam perang dunia 2, maka Indonesia dikuasai Jepang. Perusahaan listrik dan gas juga diambil alih oleh Jepang, dan semua personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil alih oleh orang-orang Jepang.

Dengan jatuhnya Jepang ke tangan Sekutu, dan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, kesempatan yang baik ini dimanfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas untuk mengambil alih perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.

Setelah berhasil merebut perusahaan listrik dan gas dari tangan Jepang, pada bulan September 1945 suatu delegasi dari buruh/pegawai listrik dan gas menghadap pimpinan KNI Pusat yang pada waktu itu diketuai oleh M. Kasman Singodimedjo untuk melaporkan hasil perjuangan mereka.

Selanjutnya, delegasi bersama-sama dengan pimpinan KNI Pusat menghadap Presiden Soekarno, untuk menyerahkan perusahaan-perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik Indonesia. Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Soekarno, dan kemudian dengan Penetapan Pemerintah No. 1 tahun 1945 tanggal 27 Oktober 1945 dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

Setelah melewati rentang waktu 70 tahun, menjelang akhir tahun 2015, rasio elektrifikasi Indonesia mencapai 87 persen. Angka ini meningkat pesat dalam lima tahun terakhir. Dibandingkan tahun 2010 yang baru mencapai 67, rasio elektrifikasi nasional telah naik 20 persen. Dalam 5 tahun ke depan, kebutuhan listrik akan tumbuh sebesar rata-rata 8,7 persen per tahun, dengan target rasio elektrifikasi sebesar 95 persen pada akhir tahun 2019.

Untuk mempercepat dan mendorong keberhasilan pembangunan ketenagalistrikan, pada awal Mei tahun 2015, Presiden Joko Widodo meluncurkan program 35.000 MW di Yogyakarta. Menurut Presiden, proyek ini bukanlah proyek ambisius, akan tetapi merupakan hutang kepada masyarakat yang mengalami defisit listrik. Presiden juga menyampaikan bahwa penambahan kapasitas listrik sebesar 35.000 MW memiliki multiplier efek yang besar bagi pertumbuhan ekonomi. Antara lain penyerapan tenaga kerja yang mencapai 650.000 tenaga kerja langsung dan 3 juta orang tenaga kerja tak langsung.

Komitmen PLN untuk menerangi seluruh pelosok nusantara juga telah ditegaskan berkali-kali oleh Direktur Utama PLN Sofyan Basir. “Mimpi kita adalah secepat mungkin melistriki seluruh masyarakat Indonesia dengan harga yang terjangkau. Sekarang, mari kita kejar bersama-sama mimpi tersebut,”

Lebih lanjut Sofyan Basir menjelaskan, program pembangunan pembangkit 35.000 MW beserta jaringan transmisi 46.000 kilo meter sirkit (kms) merupakan sebuah langkah besar untuk mengejar mimpi tersebut. Program ini memang bukan pekerjaan mudah, banyak pihak menyangsikan dan bahkan telah menjadi polemik di masyarakat. Tetapi, Sofyan meminta kepada seluruh keluarga besar PLN berpartisipasi aktif untuk mensukseskan program penambahan daya listrik yang begitu siginifikan tersebut. “Saya minta semua insan PLN tak perlu ragu lagi untuk ikut berpartisipasi aktif dalam program 35.000 MW, karena program ini sudah menjadi suatu keputusan pemerintah yang disampaikan secara resmi oleh Presiden RI. Kita semua, direksi dan seluruh karyawan harus bahu membahu untuk mensukseskan program ini,” ujar Sofyan.

Ia optimis program 35.000 MW bisa diselesaikan sesuai target. Karena, semua hambatan dan kendala yang dialami pada program proyek percepatan pembangunan pembangkit 10 ribu MW tahap 1 dan 2 (FTP I dan FTP II) sudah berhasil dideteksi. Menurutnya, segala kekurangan dan kendala pada program-program yang lalu sudah dipelajari, dan sudah diperbaiki serta dilengkapi peraturan-peraturan baru dalam perjalanan program 35.000 MW ini.

Mengabdi Pada Masyarakat
Selain sebagai momentum penguatan seluruh pegawai PLN dalam menjalankan program 35.000 MW, HLN juga merupakan saat mewujudkan pengabdian dan kepedulian kepada masyarakat Indonesia.

Bersama 1000 anak yatim dan dhuafa dari 22 yayasan di wilayah Jabodetabek, PLN menyelenggarkan kegiatan bertajuk “Berbagi Bersama 1000 Kecerian” di Museum Listrik dan Energi Baru (MLEB), TMII Jakarta awal Nopember 2015. Kegiatan ini merupakan wujud kepedulian PLN kepada anak-anak yatim dan dhuafa, sekaligus untuk meningkatkan kualitas pendidikan anak-anak dengan berkunjung ke MLEB dan wahana edutaiment lain di TMII.

Di bidang pendidikan juga, PLN menyelenggarkan kegiatan Bedah 70 Sekolah yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada bedah sekolah ini dilakukan berbagai bentuk kegiatan, tergantung kondisi setiap sekolah, mulai dari pengadaan atau perbaikan perlengakapan fasilitas sekolah, pembersihan lingkungan sekolah, sampai pembuatan taman sekolah. PLN juga akan membagikan 7000 paket sembako kepada masyarakat yang ada di sekitar sekolah-sekolah yang diperbaiki di Jakarta.

Di bidang sosial lainnya, PLN memberikan bantuan untuk masyarakat di 7 (tujuh) lokasi yang berada di sekitar Unit Pelayanan Terpencil PLN, antara lain di Sub Rayon Pelayanan Gili Ginting, Distribusi Jawa Timur; Sub Rayon Keban Tanjung Batu, Wilayah Riau dan Kepulauan; Rayon Pucuk Cahu, Wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah; serta Rayon Tapundung, Wilayah Nusa Tenggara Timur. Bantuan ini berupa sarana fasilitas umum yang dibutuhkan masyarakat seperti sarana air bersih, tempat ibadah, dan tempat pengelolaan sampah.

Sebagai bentuk kepedulian kepada pensiunan PLN, maka dikesempatan ini, PLN juga menyelenggarakan kegiatan Bedah 70 Rumah pensiunan PLN di seluruh Indoneisa.

Pada momentum ini, juga diselenggarakan acara tahunan KNIFE (Knowledge, Norm, Inovation Festival & Exhibition). Kegiatan ini menjadi wadah untuk menciptakan semangat pegawai untuk berinovasi sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan efisiensi perusahaan. Sampai tahun 2015, jumlah inovasi yang dihasilkan pegawai PLN sebanyak 2.592 karya inovasi dari seluruh unit PLN di Indonesia.

Terus Tumbuh
Tujuh puluh tahun sudah PLN berkiprah di sektor ketenagalistrikan dan akan terus berlanjut. Berbagai tantangan dan rintangan telah dilalui “pabrik setrum” ini selama perjalanannya yang panjang. Kini PLN telah menjelma menjadi salah satu perusahaan raksasa di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan dapat dilihat dari sisi operasional dalam 5 tahun terakhir ini, dengan membandingkan capaian pada 2010 dengan 2015.

Pada akhir 2010 daya terpasang 26.895 MW, hingga September 2015 tumbuh mencapai 51.858 MW (termasuk independent power producer/IPP). Jumlah pelanggan, dari 42,3 juta meningkat menjadi 60,3 juta pelanggan. Panjang transmisi, dari 35.146 kms menjadi lebih dari 40 ribu kms. Aset PLN pada 2010 sebesar Rp 369,2 triliun, melonjak menjadi Rp 632,9 triliun pada akhir September 2015.

Maka tak terbantahkan bila brand name “PLN” sebagai perusahaan listrik sangat kuat di negeri ini. Hal itu dapat dilihat dari ketersediaan infrastruktur, besarnya jumlah pelanggan serta jaringan distribusi yang tersedia di seluruh wilayah Indonesia serta kantor pelayanan PLN yang sudah tersebar di seluruh pelosok Tanah Air.

Sudah banyak keberhasilan yang telah dicapai kelistrikan Indonesia. Namun untuk memenuhi kebutuhan listrik bagi masyarakat di seluruh pelosok nusantara ini, memang masih memerlukan perjuangan dan kerja ekstra keras. Bersama menerangi nusantara.

Kontak:

Bambang Dwiyanto
Plt. Kepala Satuan Komunikasi Korporat
Tlp. 021 7261122
Email. bambang.dwiyanto@pln.co.id